basaa-basiiii :)

selamat datang di Blog.quu :)
semogaa bermanfaat dan bisa menjadi inspirasi...
marii berbagii pengalamaan, ceriita, dan ilmuu bersama.quu :)

Selasa, 08 Mei 2012

Kearifan Lokal




ASPEK TUMPEK PENGATAG SEBAGAI WUJUD KASIH
TERHADAP TUMBUH – TUMBUHAN



Oleh :
Anak Agung Istri Dwi Kencanawati

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Upacara-upacara keagamaan di Bali, khususnya upacara Tumpek membawa misi pelestarian lingkungan baik lingkungan alam maupun lingkungan budaya. Pelestarian lingkungan alam ditujukan untuk keselamatan bumi pertiwi, tumbuh-tumbuhan dan binatang di dalamnya, selanjutnya pelestarian lingkungan budaya ditujukan antara lain kepada benda-benda seni seperti gamelan, wayang dan lain sebagainya. Upacara-upacara yang terkait dengan pelestarian lingkungan hidup ini disebut upacara Bhuta Yajna dengan berbagai jenis atau tingkatannya. Tumpek wariga yang jatuh pada Saniscara Kliwon Wariga, membawa makna kepada kita semua atau kepada seluruh masyarakat sosial agar selalu memperhatikan kelestarian lingkungan, terutama pada tumbuh-tumbuhan yang telah mampu menopang kehidupan  manusia.

 Tumpek Pengatag atau lebih dikenal dengan Tumpek Uduh merupakan salah satu perayaan umat Hindu Dharma di Bali sebagai persembahan suci yang khusus ditujukan untuk menghormati semua jenis tumbuh-tumbuhan. Kegiatan ritual menggunakan kelengkapan sarana banten, rangkaian janur kombinasi  bunga dan buah-buahan, dengan kekhususan “bubuh sumsum”, yakni bubur dari tepung ketan yang diberi warna hijau alami dari daun kayu sugih, ditaburi dengan parutan kelapa dan diberi gula merah. Tumpek Uduh dirayakan umat Hindu setiap hari Sabtu wuku Wariga yang jatuh setiap 210 hari sekali, yang dilaksanakan di ladang, sawah, dan pekarangan masing-masing. Namun saat ini sedikitnya keberadaan lahan hijau menjadi kendala dalam perayaan Tumpek Pengatag, dimana hal tersebut berpengaruh terhadap sedikitnya penanaman pohon atau sedikitnya keberadaan pohon menyebabkan perayaan Tumpek Pengatag hanya dilakukan oleh sebagian masyarakat saja atau dapat dikatakan hanya orang – orang yang memiliki tanaman saja yang melakukan ritual tersebut.


1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Tumpek pengadag dipandang dalam aspek Budaya, Ekologi, Sosial, dan Ekonomi.
1.2.2 Kurangnya keberadaan lahan hijau sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap pelaksanaan tumpek pengatag.

1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Memberikan pandangan singkat mengenai tumpek pengatag yang dipandang dari aspek Budaya, Ekologi, Sosial, dan Ekonomi.
1.3.2   Memberitahu pembaca untuk turut serta dalam mendukung penyediaan tempat sebagai lahan pertanian guna dalam pelestarian lingkungan terutama tumbuh- tumbuhan.

1.4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah dan masyarakat akan pentingnya penyediaan  lahan pertanian sebagai wujud pelestarian lingkungan.


BAB II
PEMBAHASAN

1.2.1.  Tumpek pengadag dipandang dalam aspek Budaya, Ekologi, Sosial, dan Ekonomi.
ASPEK BUDAYA
Dalam konsepsi Hindu, saat Tumpek Pengatag dikenal juga sebagai Tumpek Wariga, Tumpek Uduh, dan Tumpek Bubuh.Menurut Susastra Bali yang menyebabkan tumbuh – tumbuhan hidup dan memberi hasil kepada manusia adalah Hyang Sangkara, karenanya ucapan syukur dan penghormatan kepada Hyang Sangkara dilakukan manusia dengan mengasihi segala jenis tumbuh – tumbuhan dengan menggunakan kelengkapan sarana banten dengan rangkaian janur kombinasi antara bunga dan buah – buahan. Di daerah tempat tinggal saya biasanya Banten tersebut berupa Tipat Ajengan (berisi buah, jajanan, dan disertai canang diatasnya), Suyuk (Rangkaian janur yang diisi “Bubur Sumsum”), dan Tanduk Mayong. Pada perayaan ini baik itu petani ataupun Ibu – ibu rumah tangga berbondong – bondong kesawah atau ke pekarangan sekitar rumah membawa sarana banten yang telah disediakan tersebut. Pada Saat melakukan Upacara ini biasanya  melantunkan sahe, seperti mantra tetapi bukan mantra. Bunyinya seperti ini : “ Kaki-kaki buin selai lemeng Galungane mangde mebuah ngeed, ngeed ngeed “. Seperti itu kira kira komat kamit yang diucapkan  saat menghaturkan sesajen, hal itu bermaksa apabila hari raya galungan datang agar pohon tersebut berbuah atau berbunga banyak. Dengan demikian, sejatinya, perayaan hari Tumpek Pengatag memberi isyarat dan makna mendalam agar manusia mengasihi dan menyayangi alam dan lingkungan yang telah berjasa menopang hidup dan penghidupannya. Pada Tumpek Pengatag, momentum kasih dan sayang kepada alam itu diarahkan kepada tumbuh-tumbuhan. Betapa besarnya peranan tumbuh-tumbuhan dalam memberi hidup umat manusia.

ASPEK EKOLOGI
Tumbuh-tumbuhan telah memberikan banyak manfaat bagi umat manusia. Tumbuh-tumbuhan memberikan prana berupa oksigen, keteduhan, perlindungan dan sumber makanan bagi manusia. Bahkan, dalam Canakya Nitisastra dan sumber-sumber lainnya disebutkan, sesungguhnya hidup manusia dengan lingkungan saling mengisi atau saling melengkapi yang dikenal dengan istilah simbiosis mutualisme. Jika lingkungan mengalami disharmoni, tentu akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Misalnya, jika hutan yang tersedia mengalami kegundulan akibat adanya penebangan liar, maka uap air sebagai cikal bakal hujan tidak akan bisa menghendap. Demikian juga bila terjadi hujan lebat, akan terjadi banjir besar karena tidak ada pohon yang menahan air. Dikatakan, ditinjau dari nuansa religius spiritual, tumbuh-tumbuhan adalah evolusi lebih awal dari kehidupan manusia. Ditinjau dari kebutuhan manusia akan makanan, tumbuh-tumbuhan telah memberi penghidupan.

ASPEK SOSIAL
Sesungguhnya, perayaan Tumpek Pengatag  adalah salah satu komponen penting dalam mengajegkan konsep Tri Hita Karana. Unsur penting dalam konsep itu adalah hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungannya (dalam kaitan ini hubungan manusia dengan tumbuh - tumbuhan). Jika dipandang dari aspek sosial dalam konsep Tri Hita Karana yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan manusia juga dapat dikaitkan dimana hampir semua umat Hindu melaksanakan perayaan Tumpek Pengatag, dimana dalam perayaan ini semua orang memiliki tujuan yang sama yaitu berterimakasih atas hasil bumi yang telah dilimpahi dan berharap hal tersebut akan terus berkelanjutan demi kerukunan seluruh umat Bali khususnya.


ASPEK EKONOMI
Hampir seluruh kebutuhan hidup umat manusia bersumber dari tumbuh – tumbuhan, mulai dari sandang, pangan, dan papan. Dalam persiapan upakara dalam perayaan hari besar umat hindu pun sebagian besar sarana – sarana banten tersebut berasal dari tumbuh – tumbuhan seperti janur, bunga, dan buah. Maka dari itu perayaan Tumpek Pengatag dimaknai sebagai ucapan terimakasih atas limpahan hasil yang telah diberikan sehingga hasil tersebut dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan dapat membantu perekonomian masyarakat.

1.2.2. Kurangnya keberadaan lahan hijau berpengaruh terhadap pelaksanaan tumpek pengatag.
            Salah satu yang menjadi kendala dalam pelaksanaan Tumpek Pengatag yaitu kurangnya lahan hijau seperti misalnya di daerah Denpasar. Mengingat Bali merupakan daerah Wisata, sehingga menjadi konsekuensi dari semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Bali menuntut adanya hotel, restoran, dan prasarana pendukung pariwisata lainnya.
Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya persaingan yang cukup ketat dalam penggunaan lahan untuk kepentingan pariwisata ataupun bidang pertanian. Luas lahan pertanian menyusut setiap tahunnya, berkisar 700-800 hektar. Seperti misalnya sawah yang tadinya sebagai tempat para petani untuk menanan Tanaman kini telah banyak dibangun Villa, Restoran, maupun Hotel.
Kurangnya lahan hijau berarti kurang juga tanaman yang berpenghasilan untuk ditaman, jadi semakin sedikit tanaman yang ditanam maka akan semakin sedikit pula masyarakat yang melaksanakan Tumpek Pengatag. Selain berpengaruh pada perayaan Tumpek, hal ini juga sangat berpengaruh pada kebutuhan hidup manusia, karena jika lingkungan khususnya tumbuh-tumbuhan secara kuantitas dan kualitas tidak sesuai dengan kebutuhan maka manusia akan menjadi sangat menderita. Oleh karena itu masyarakat harus memberikan dukungan sepenuhnya kepada petani. Selain itu pemerintah juga harus lebih memperhatikan keseimbangan untuk ketersediaan lahan hijau. Tidak hanya itu Umat manusia, termasuk para pegawai, mesti sadar bahwa mereka juga hidup karena tumbuh-tumbuhan, kendati untuk membeli buah, sayur dan beras, mereka cukup menyediakan uang dari hasil kerja para petani, ada baiknya kita semua turut serta dan membiasakan diri untuk menanam tanaman baik itu dilingkungan sekitar rumah atau dimanapun.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tumpek pengatag merupakan persembahan suci yang khusus ditujukan untuk menghormati semua jenis tumbuh-tumbuhan. Dipandang dari aspek sosial , hampir semua umat hindu melaksanakan tumpek pengatag. Perayaan tersebut memberi makna kepada kita semua agar selalu memperhatikan kelestarian lingkungan, terutama pada tumbuh-tumbuhan yang telah mampu menopang kehidupan  manusia apabila hal tersebut dipandang dari asapek ekologi. Dari aspek ekonomi hampir seluruh kebutuhan hidup umat manusia bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Mulai dari pangan, sandang hingga papan, Dengan demikian keberadaan tumbuh-tumbuhan di alam, tidak hanya memberi hidup dan manfaat bagi umat manusia, namun juga memberikan kehidupan terhadap berbagai jenis makluk hidup lainnya. Selain itu penyediaan lahan hijau sangat diperlukan terutama di daerah pariwisata seperti denpasar, mengingat kurangnya lahan hijau berarti berkurang juga tanaman yang berpenghasilan, untuk itu selain menyediakan lahan , perlu diadakan juga konservasi tanaman yang berpenghasilan seperti buah- buahan yang bagi kita semua itu merupakan suatu kebutuhan hidup, karena semakin banyaknya pohon berpenghasilan yang ditanam maka tradisi perayaan Tumpek Pengatag akan terus berkelanjutan hingga nanti. Karenanya, akan menjadi menawan, bila Tumpek Pengatag tak semata diisi dengan menghaturkan banten pengatag kepada pepohonan, tapi juga diwujud-nyatakan dengan menanam pohon. serta menghentikan tindakan merusak alam lingkungan. Dengan begitu, Tumpek Pengatag yang memang dilandasi kesadaran pikir visioner menjadi sebuah perayaan Hari Bumi yang paripurna.

Saran
Diharapkan kepada pemerintah agar lebih tegas dalam penyediaan lahan hijau, dan untuk masyarakat baik itu mahasiswa agar lebih antusias dalam pengadaan dan penginformasian tentang konservasi tanaman.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar