basaa-basiiii :)

selamat datang di Blog.quu :)
semogaa bermanfaat dan bisa menjadi inspirasi...
marii berbagii pengalamaan, ceriita, dan ilmuu bersama.quu :)

Jumat, 13 Juli 2012

Tugas Etologi

SOCIAL BEHAVIOR PADA RAYAP

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sistematika hama rayap  (Coptotermes  curvinagthus  Holmgren) adalah sebagai berikut : 
Kingdom                : Animalia
Filum                     : Arthropoda
Kelas                      : Insecta
Ordo                      : Isoptera
Famili                    : Rhinotermitidae
Genus                    : Coptotermes
Spesies                  : Coptotermes curvinagthus Holmgren

 

            Rayap termasuk binatang Arthropoda, kelas insecta  yang berasal dari ordo isoptera yang dalam perkembangan hidupnya mengalami metamorphosa gradual atau bertahap. Kelompok binatang ini pertumbuhannya melalui tiga tahap yaitu telur, nimfa dan tahap dewasa. Setelah menetas dari telur nimfa akan menjadi dewasa dengan melalui beberapa instar, yaitu bentuk diantara dua masa perubahan. Bentuk ini sangat gradual, sehingga baik dari bentuk badan pada umumnya, cara hidup maupun makanan pokok antara nimfa dan dewasa adalah serupa. Pada nimfa yang bertunas sayapnya akan tumbuh lengkap pada instar terakhir, saat binatang itu mencapai kedewasaan.
Rayap adalah kelompok serangga yang memiliki kemampuan mencerna selulosa, yaitu produk alami yang banyak terdapat di alam misalnya pada kayu, daun, batang, kertas, dan karton. Sudah sejak lama rayap diidentikkan dengan terjadinya kerusakan pada bangunan, komponen kayu dalam rumah, buku, arsip, dokumen serta beberapa jenis tanaman pertanian atau perkebunan seperti karet dan kelapa sawit  yang tidak luput dari serangannya.
Dari perilaku makan yang demikian kita menarik kesimpulan bahwa rayap termasuk golongan makhluk hidup perombak bahan mati yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan dalam ekosistem kita. Mereka merupakan konsumen primer dalam rantai makanan yang berperan dalam kelangsungan siklus beberapa unsur penting seperti karbon dan nitrogen.
Tapi masalahnya adalah manusia juga merupakan konsumen primer yang memerlukan hasil-hasil tanaman bukan saja untuk makanannya tetapi juga untuk membuat rumah dan bangunan-bangunan lain yang diperlukannya. Di sinilah letak permasalahannya, sehingga manusia bersaing dengan rayap."
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :
  1. Bagaimana tingkah laku atau cara hama rayap dalam beradaptasi atau mempertahankan hidup?
    1.3.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.3.1        Untuk mengetahui tingkah laku atau cara hidup rayap dalam mempertahankan hidup.
1.3.2        Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung perkembangan hama rayap.
 
   1.4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.4.1        Untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada pembaca tentang tingkah laku dan cara hidup hama rayap dalam mempertahankan hidup.
1.4.2        Untuk memberihtahukan kepada pembaca faktor – faktor apa sajakah yang mendukung perkembangan hama rayap.

 BAB II
TELAAH PUSTAKA
Gambaran Umum Rayap ( Coptotermes curvinagthus Holmgren )
Lebih jauh tentang rayap, rayap merupakan mahluk prasejarah, berfungsi sebagai pengurai kayu di ekosistem.
Tanpa kehadiran mereka, bumi ini akan penuh oleh sampah kayu yang membusuk.
Sering disalahartikan sebagai semut putih, yaitu sebuah kelompok serangga sosial yang pada umumnya diklasifikasikan sebagai ordo Isoptera yang berasal dari bahasa Yunani (iso = sama dan ptera = sayap). Pada umumnya rayap mengkonsumsi pohon yang sudah mati/kering, dalam bentuk kayu, tangkai daun, tanah atau bangkai hewan.
Sekitar 10% dari 4,000 jenis (sekitar 2,600 species telah diketahui bentuk taksonominya) dikenal sebagai hama yang dapat menyebabkan kerusakan struktural pada bangunan, tanaman atau hutan plantasi. Rayap adalah detrivores (pengkonsumsi material organik yang membusuk), khususnya di daerah subtropis dan tropis, dan kemampuan mereka mendaur ulang kayu dan bahan tanaman lain adalah hal yang penting bagi keseimbangan ekologi.
Sebagai serangga sosial, rayap hidup dalam bentuk koloni. Sebuah koloni mapan dapat beranggotakan ratusan hingga jutaan individual.
Kehadiran rayap di bangunan kita adalah sebagai konsekuensi dari pembukaan lahan, yang mana pada awalnya adalah habitat koloni untuk mencari makan, kemudian dirubah menjadi bangunan yang berakibat hilangnya sumber makanan bagi rayap. Karena koloni rayap berada dibawah bangunan kita, maka bangunan kitalah yang dijadikan sumber makanan mereka.

BAB III
METODE PENULISAN
Metode Penulisan
Metode yang diterapkan dalam penyusunan tulisan ini adalah metode kajian pustaka. Metode kajian pustaka dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber tertulis dari literatur, media internet yang relevan yang dapat memberikan informasi dalam pembuatan tulisan ini.

Langkah-langkah dalam Penulisan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
  1. Identifikasi Masalah
  2. Pengumpulah informasi
  3. Pengumpulan data melalui media cetak dan media elektronik yang relevan untuk mendukung analisis dan sintesis permasalahan.
  4. Analisis dan sintesis terhadap permasalahan serta perumusan solusi
  5. Penyusunan hasil analisis dan sintesis dalam bentuk tulisan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rayap termasuk ke dalam ordo isoptera, mempunyai 7 famili termitidae yang merupakan kelompok rayap tinggi. Rayap merupakan serangga pemakan kayu (Xylophagus) atau bahan – bahan yang mengandung selulosa. Kelompok binatang ini pertumbuhannya melalui tiga tahap yaitu telur, nimfa dan tahap dewasa. Setelah menetas dari telur nimfa akan menjadi dewasa dengan melalui beberapa instar, yaitu bentuk diantara dua masa perubahan. Bentuk ini sangat gradual, sehingga baik dari bentuk badan pada umumnya, cara hidup maupun makanan pokok antara nimfa dan dewasa adalah serupa. Pada nimfa yang bertunas sayapnya akan tumbuh lengkap pada instar terakhir, saat binatang itu mencapai kedewasaan.
Telur yang menetas yang menjadi nimfa akan mengalami 5-8 instar. Jumlah telur rayap bervariasi, tergantung kepada jenis dan umur. Saat pertama bertelur betina mengeluarkan 4-15 butir telur. Telur rayap berbentuk silindris, dengan bagian ujung yang membulat yang berwarna putih. Panjang telur bervariasi antara 1-1,5 mm. Telur C. curvignathus akan menetas setelah berumur 8-11 hari.
Dalam perkembangan hidupnya berada dalam lingkugan yang sebagian besar diatur dalam koloni dan terisolir dari pengaruh nimfa sesuai dengan kebutuhan koloni. Nimfa-nimfa yang sedang tumbuh dapat diatur menjadi anggota kasta, yang diperlakukan bahwa nasib rayap dewasa yang siap terbang dapat diatur.
Kasta pekerja jumlahnya jauh lebih besar dari seluruh kasta yang terdapat dalam koloni rayap. Nimfa yang menetas dari telur pertama dari seluruh koloni yang baru akan berkembang menjadi kasta pekerja. Waktu keseluruhan yang dibutuhkan dari keadaan telur sampai dapat bekerja secara efektif sebagai kasta pekerja pada umumnya adalah 6-7 bulan. Umur kasta pekerja dapat mencapai 19-24 bulan.
Kasta pekerja berikutnya berbentuk dari nimfa-nimfa yang cukup besar dan mempunyai warna yang lebih gelap dibandingkan dengan anggota perbentukan pertama. Kepala dilapisin dengan polisacharida yang disebut chitin dan menebal pada bagian rahangnya. Pada segmen terakhir dari pangkal sterink terdapat alat kelamin yang tidak berkembang dengan sempurna sehingga membuat kasta pekerja ini menjadi mandul. Nimfa muda akan mengalami pergantian kulit sebanyak 8 kali, sampai kemudian berkembang menjadi kasta pekerja, prajurit dan calon laron. Rayap bertubuh lunak dan berwarna putih. Sayap depan dan belakang ukurannya hampir sama dan diletakkan datar diatas abdomen pada waktu beristirahat. Bila sayap rayap terputus sepanjang sutera, hanya meninggalkan dasar sayap atau potongan yang menempel pada thoraks. Abdomen pada rayap lebih berhubungan dengan thoraks, kasta yang mandul (pekerja dan serdadu) pada rayap terdiri dari 2 kelamin. Kasta – kasta reproduktif terbentuk dari telur yang dibuahi. Kepala berwarna kuning, antena, labrum dan pronotum kuning pucat. Bentuk kepala bulat ukuran panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya. Antena terdiri dari 15 segmen. Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya, batas antara sebelah dalam dari mandibel kanan sama sekali rata. Panjang kepala dengan mandibel 2,46-2,66 mm, panjang mandibel tanpa kepala 1,40-1,44 mm dengan lebar pronotum 1,00-1,03 mm dan panjangnya 0,56 mm, panjang badan 5,5-6 mm. Bagian abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri. Abdomen bewarna putih kekuning-kuningan.

Kasta Rayap
Masyarakat rayap terdiri atas kelompok - kelompok yang disebut kasta. Masing – masing kasta mempunyai tugas sendiri - sendiri yang dilakukan dengan tekun selama hidup mereka, demi untuk kepentingan kesejahteraan, keamanan dan kelangsungan hidup seluruh masyarakatnya.

1. Kasta reproduktif
Terdiri atas reproduktif primer dan reproduktif suplementer. Kasta reproduktif primer adalah pasangan ratu dan raja yang merupakan pasangan pendiri koloni, ukuran ratu lebih besar dari raja. Kasta ini keluar meninggalkan sarang (swarming) dan disebut juga dengan laron. Kasta reproduktif primer mempunyai sepasang sayap dan mata majemuk yang jelas dan warnanya agak tua. Pada musim-musim tertentu kasta ini dihasilkan dalam jumlah yang cukup banyak.
Kasata reproduktif suplementer adalah individu jantan dan betina, mempunyai tonjolan sayap, warnanya kurang tua dari kasta reproduktif primer dan matanya lebih kecil. Rayap suplementer terbentuk dari nimfa-nimfa dan mencapai kematangan kelamin tanpa mencapai tahap-tahap dewasa, bersayap penuh dan tanpa meninggalkan sarang. Kasta ini bertugas mengganti segmen antenanya. Biasanya dalam stadia nimfa, rayap mengalami instar 5-8 kali. Setelah mengalami stadia nimfa, rayap memasuki stadia imago atau dewasa.

2. Kasta prajurit
Kasta prajurit berbeda dari kasta – kasta lainnya karena perkembangan kepala dan mandibulanya. Jumlah prajurit dalam satu koloni biasanya tidak lebih dari 100%. Kasta ini ditandai dengan bentuk tubuh kekar karena penebalan kulitnya agar mampu
melawan musuh dalam rangka tugasnya mempertahankan kelangsungan hidup koloninya. Mereka berjalan hilir mudik diantara para pekerja yang sibuk mencari dan mengangkut makanan.

3.      Kasta Pekerja
Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Tidak kurang dari 80% populasi dalam koloni merupakan individu – individu pekerja. Kasta pekerja terdiri dari nimfa dan dewasa yang steril, memiliki warna yang pucat dan mengalami penebalan di bagian kutikula, tanpa sayap dan biasanya tidak memiliki mata, memiliki mandible yang relative kecil.
Pada rayap terjadi pembagian polimorfismenya artinya di dalam satu spesies terdapat bermacam – macam bentuk dan tugas yang berbeda. Rayap hidup berkoloni, dalam koloni terdapat pembagian tugas kerja yaitu :
1. Ratu, yakni laron (rayap betina fertil) biasanya tubuh gemuk dan tugasnya adalah bertelur.
2. Raja, yaitu laron (rayap jantan fertil) yang tugasnya melestarikan keturunan.
3. Pekerja, rayap yang bertugas memberi makan ratu dan raja serta menjaga sarang dari kerusakan. Sifat rayap pekerja dan serdadu bersifat steril.
Selain mempunyai kasta dalam koloninya rayap juga mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda dibanding dengan serangga lainnya. sifat rayap terdiri dari :
1. Cryptobiotik, sifat rayap yang tidak tahan terhadap cahaya.
2. Thropalaxis, perilaku rayap yang saling menjilati dan tukar menukar makanan antar sesama individu.Rayap muda yang baru saja ditetaskan dari telur belum memiliki protozoa yang diperlukannya untuk mencernakan selulosa. Demikian pula setiap individu rayap yang baru saja berganti kulit tak memiliki protozoa karena simbion ini telah keluar bersama kulit yang ditinggalkannya (karena kulit usus juga ikut berganti). Individu rayap tersebut diberi “re-infeksi” protozoa oleh para pekerja dengan melalui trofalaksis. Trofalaksis adalah perilaku berkerumun di antara anggota-anggota koloni, dan saling “menjilat” anus dan mulut. Dengan perilaku ini protozoa  dapat ditularkan kepada individu-individu yang memerlukannya. Penyebaran feromon dasar juga diduga terlaksana melalui perilaku trofalaksis.
3. Kanibalistik, perilaku rayap untuk memakan individu lain yang sakit atau lemas.Kanibalisme berfungsi untuk mempertahankan prinsip efisiensi dan konservasi energi, dan berperan dalam pengaturan homeostatika (keseimbangan kehidupan) koloni rayap.

4.Neurophagy , perilaku rayap yang memakan bangkai individu lainnya.Seringkali rayap – rayap membersihkan satu sama lain dengan bagian – bagian mulut mereka, barangkali sebagai satu akibat dari daya tarik sekresi yang biasanya dapat diperoleh pada tubuhnya. Makanan rayap terdiri dari kupasan kulit dan tinja individu – individu lain, individu – individu yang mati, bahan – bahan tumbuh – tumbuhan seperti kayu – kayuan dan produk – produk kayu.
Perilaku Rayap
Semua rayap makan kayu dan bahan berselulosa, tetapi perilaku makan (feeding behavior ) jenis-jenis rayap bermacam-macam. Hampir semua jenis kayu potensial untuk dimakan rayap. Memang ada yang relatif awet seperti bagian teras dari kayu jati tetapi kayu jati kini semakin langka. Untuk mencapai kayu bahan bangunan yang terpasang rayap dapat "keluar" dari sarangnya melalui terowongan-terowongan atau liang-liang kembara yang dibuatnya. Bagi rayap subteran (bersarang dalam tanah tetapi dapat mencari makan sampai jauh di atas tanah), keadaan lembab mutlak diperlukan. Hal ini menerangkan mengapa kadang-kadang dalam satu malam saja rayap Macrotermes dan Odontoterme s telah mampu menginvasi lemari buku di rumah atau di kantor jika fondasi bangunan tidak dilindungi. Sebaliknya, rayap kayu kering (Cryptotermes) tidak memerlukan air (lembab) dan tidak berhubungan dengan tanah. Juga tidak membentuk terowongan-terowongan panjang untuk menyerang obyeknya. Mereka bersarang dalam kayu, makan kayu dan jika perlu menghabiskannya sehingga hanya lapisan luar kayu yang tersisa, dan jika di tekan dengan jari serupa menekan kotak kertas saja.
Pola perilaku rayap adalah kriptobiotik atau sifat selalu menyembunyikan diri, mereka hidup didalam tanah dan bila akan invasi mencari objek makanan juga menerobos di bagian dalam, bila terpaksa harus berjalan dipermukaan yang terbuka, mereka membentuk pipa pelindung dari bahn tanah atau humus.
Setiap koloni rayap mengembangkan karakteristik tersendiri berupa bau yang kas untuk membedakannya dengan koloni yang lain. Rayap dapat menemukan sumber makanan karena mereka mampu untuk menerima dan menafsirkan setiap ransangan bau yang esensial bagi kehidupannya. Bau yang dapat dideteksi rayap berhubungan dengan sifat kimiawi feromonnya sendiri.

Sistem sarang
Membuat sarang dan hidup di dalam sarang merupakan karakteristik dari serangga social. Beberapa jenis rayap membuat sarangnya dalam bentuk lorong – lorong di dalam kayu atau atau lorong - lorong dalam tanah, tetapi jenis rayap tertentu sarangnya membentuk bukit - bukit dengan konstruksi sarang yang sangat kokoh dan sangat luas.
Berdasarkan lokasi sarang utama atau tempat tinggalnya, rayap perusak kayu dapat digolongkan dalam tipe-tipe berikut :
1. Rayap pohon, yaitu jenis-jenis rayap yang menyerang pohon yang masih hidup, bersarang dalam pohon dan tak berhubungan dengan tanah. Contoh yang khas dari rayap ini adalah Neotermes tectonae (famili Kalotermitidae), hama pohon jati.
2. Rayap kayu lembab, menyerang kayu mati dan lembab, bersarang dalam kayu, tak berhubungan dengan tanah. Contoh : Jenis-jenis rayap dari genus Glyptotermes (Glyptotermes spp., famili Kalotermitidae).
3. Rayap kayu kering, seperti Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae), hidup dalam kayu mati yang telah kering. Hama ini umum terdapat di rumah-rumah dan perabot-perabot seperti meja, kursi dsb. Tanda serangannya adalah terdapatnya butir-butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserang. Rayap ini juga tidak berhubungan dengan tanah, karena habitatnya kering.
4. Rayap subteran, yang umumnya hidup di dalam tanah yang mengandung banyak bahan kayu yang telah mati atau membusuk, tunggak pohon baik yang telah mati maupun masih hidup. Di Indonesia rayap subteran yang paling banyak merusak adalah jenis-jenis dari famili Rhinotermitidae. Terutama dari genus Coptoterme s (Coptotermes spp.) dan Schedorhinotermes. Perilaku rayap ini mirip rayap tanah seperti Macrotermes namun perbedaan utama adalah kemampuan Coptotermes untuk bersarang di dalam kayu yang
diserangnya, walaupun tidak ada hubungan dengan tanah, asal saja sarang tersebut sekali-sekali memperoleh lembab, misalnya tetesan air hujan dari atap bangunan yang bocor. Coptotermes pernah diamati menyerang bagian - bagian kayu dari kapal minyak yang melayani pelayaran Palembang - Jakarta. Coptotermes curvignathus Holmgren sering kali diamati menyerang pohon Pinus merkusii dan banyak meyebabkan kerugian pada bangunan.
5. Rayap tanah. Jenis-jenis rayap tanah di Indonesia adalah dari famili Termitidae. Mereka bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Contoh - contoh Termitidae yang paling umum menyerang bangunan adalah Macrotermes spp. (terutama M. gilvus) Odontotermes spp. dan Microtermes spp. Jenis-jenis rayap ini sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya. Macrotermes dan Odontotermes merupakan rayap subteran yang sangat umum menyerang bangunan di Jakarta dan sekitarnya.
Bahan yang digunakan untuk membangun sarang sangat tergantung pada makanan dan bahan yang tersedia di habitatnya. Tanah, kotoran, dan sisa tumbuhan serta air liur merupakan bahan utama untuk pembuatan sarang. Partikel tanah yang seringkali digunakan untuk membangun sarang dan merupakan komponen yang dominan dapat diklasifikasikan menurut ukurannya, yaitu kerikil >2,00 mm, pasir kuarsa 2,0-0,2 mm, pasir halus 0,2-0,02 mm, lumpur 0,02-0,002 mm, dan liat < 0,002 mm. Sedangkan kotoran dan air liur berfungsi sebagai perekat dalam pembuatan sarang.
Faktor Pendukung Perkembangan Rayap
Beberapa faktor pendukung perkembangan rayap meliputi:
1. Tipe tanah
Tanah bagi rayap berguna sebagai tempat hidup dan dapat mengisolasi rayap dari suhu serta kelembaban yang sangat ekstrim. Rayap hidup pada tipe tanah tertentu, namun secara umum rayap tanah lebih menyukai tipe tanah yang banyak mengandung liat. Serangga ini tidak menyukai tanah berpasir karena tipe tanah ini memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Hanya beberapa jenis rayap yang hidup di daerah padang pasir diantaranya adalah Amitermes dan Psammotermes. Rayap lainnya seperti Trinervitermes hidup pada tanah pasir yang terbuka dan memiliki sifat semi kering dan basah. Pada areal berpasir, rayap dapat    meningkatkan infiltrasi air dan mengembalikannya ke bagian atas tanah.

2. Tipe vegetasi
Sarang rayap Anoplotermes paciticus yang terdapat di dalam tanah dapat dilubangi oleh akar – akar tanaman. Akar-akar tanaman tersebut dimakan oleh rayap, tetapi tidak menyebabkan tanaman tersebut mati karena sebagian besar akar yang tidak dimakan oleh rayap dapat menyerap bahan-bahan organik yang terdapat didalam sarang rayap. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara rayap dan tumbuhan yang sama-sama menggunakan tanah sebagai tempat hidupnya.
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan populasi rayap meliputi curah hujan, suhu, kelembaban, ketersediaan makanan, dan musuh alami. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kelembaban dan suhu merupakan faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas rayap. Perubahan kondisi lingkungan menyebabkan perubahan perkembangan, aktivitas dan perilaku rayap.
a. Curah hujan
Curah hujan merupakan pemicu perkembangan eksternal dan berguna untuk merangsang keluarnya kasta reproduksi dari sarang. Laron tidak keluar jika curah hujan rendah. Curah hujan yang terlalu tinggi juga dapat menurunkan aktivitas rayap. Curah hujan umumnya memberikan pengaruh fisik secara langsung pada kehidupan koloni rayap, khususnya yang membangun sarang didalam atau dipermukaan tanah. Namun, pada koloni Neotermes tectonae pengaruh curah hujan secara langsung sedikit, mengingat rayap ini bersarang didalam kayu yang melindunginya dari terpaan curah hujan. Curah hujan memberikan pengaruh tidak langsung melalui perubahan kelembaban dan kadar air kayu.
b. Kelembaban
Perubahan kelembaban sangat mempengaruhi aktivitas jelajah rayap. Pada kelembaban yang rendah, rayap bergerak menuju daerah dengan suhu yang lebih rendah. Namun demikian, rayap memiliki kemampuan untuk menjaga kelembaban didalam liang-liang kembaranya sehingga tetap memungkinkan rayap bergerak kedaerah yang lebih kering. Jika permukaan air tanahrendah, serangga ini hanya sedikit dipengaruhi oleh perubahan  iklim termasuk kelembaban. Rayap tanah seperti Coptotermes, Macrotermes dan Odontotermes memerlukan kelembaban yang tinggi. Perkembangan optimumnya dicapai pada kisaran kelembaban 75-90%. Sebaliknya pada rayap kayu kering Cryptotermes tidak memerlukan air atau kelembaban yang tinggi.
c. Suhu
Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi kehidupan serangga, baik terhadap perkembangan maupun aktivitasnya. Pertama, suhu maksimum dan minimum yaitu kisaran suhu terendah atau tertinggi yang dapat menyebabkan kematian pada serangga; kedua adalah suhu estivasi atau hibernasi yaitu kisaran suhu diatas atau dibawah suhu optimum yang dapat mengakibatkan serangga mengurangi aktivitasnya atau dorman; dan ketiga adalah kisaran suhu optimum. Pada sebagian besar serangga kisaran suhu optimumnya adalah 15-380C. Rayap yang berbeda genera atau berbeda jenis dari genera yang sama dapat memiliki toleransi suhu yang berbeda. Mekanisme pengaturan suhu pada sarang rayap dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
 (1) Dengan cara isolasi, yaitu membangun sarang yang tebal, gudang makanan dan ruangan lain disekitar sarang. Dengan isolasi ini suhu sarang menjadi terkontrol dan transfer panas dari luar ke dalam sarang diperlambat.
 (2) Pengaturan suhu dengan cara mengatur arsitektur sarang (termoregulasi). Dengan adanya termoregulasi suhu antar ruangan sarang dapat berbeda-beda dan mampu dikendalikan oleh rayap.
(3) Dengan mempertahankan kandungan air tanah penyusun sarang. Pada jenis rayap pembuat kebun, metabolisme makanan yang dikumpulkan dari kebun jamur (fungus-comb)mampu menghasilkan karbondioksida, panas dan air. Panas yang dihasilkan dapat memelihara suhu sarang sehingga suhu dapat dipertahankan pada kisaran optimum yaitu 29-320C
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.Simpulan
Adapun simpulan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
            Rayap termasuk ke dalam ordo isoptera, mempunyai 7 famili termitidae yang merupakan kelompok rayap tinggi. Rayap merupakan serangga pemakan kayu (Xylophagus) atau bahan – bahan yang mengandung selulosa. Kasta rayap terdiri dari : Kasta Reproduksi, kasta Prajurit, dan kasta Pekerja.Rayap juga mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda dibanding dengan serangga lainnya seperti : Cryptobiotik yaitu sifat rayap yang tidak tahan terhadap cahaya, Thropalaxis yaitu perilaku rayap yang saling menjilati dan tukar menukar makanan antar sesama individu, Kanibalistik yaitu perilaku rayap untuk memakan individu lain yang sakit atau lemas, Neurophagy yaitu perilaku rayap yang memakan bangkai individu lainnya. Beberapa jenis rayap membuat sarangnya dalam bentuk lorong – lorong di dalam kayu atau atau lorong - lorong dalam tanah, tetapi jenis rayap tertentu sarangnya membentuk bukit - bukit dengan konstruksi sarang yang sangat kokoh dan sangat luas.

5.2.Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dari penulisan ini adalah :
Dengan paparan menelaah pentingnya perhatian terhadap perilaku rayap, akan mampu meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya-upaya pengendaliannya. Hal ini mengingat bahwa terciptanya lingkungan permukiman yang nyaman dan tentram pada dasarnya menjadi kewajiban semua pihak.

DAFTAR PUSTAKA
     1.      Nandika, Dodi dan B. Tambunan. 1990. Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. FakultasKehutanan IPB.
     2.      Natawiria, Djatnika. 1986. Peranan Rayap dalam Ekosistem Hutan. Prosiding SeminarNasional 
           Ancaman Terhadap Hutan Tanaman Industri, 20 Desember 1986. FMIPA-UI dan Dephut.
     3.     Tarumingkeng, Rudy C. 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu            Indonesia. 
           Lap.L.P.H. No. 138. 28 p.

1 komentar:

  1. om swastyastu.. kalau sempat visit juga www.feelinbali.blogspot.com nggih,, kalo mau diskusi tentang blog juga bisa, siapa tau saya bisa bantu,, suksma

    BalasHapus